-->

cara ternak ikan nila

bagi anda yang berniat untuk beternak ikan nila postingan kali sangat pas untuk anda simak dan baca karena berisi materi tentang cara ternak ikan nila ata budidaya ikan nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan
Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi
kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar
yang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah
dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara
beriklim tropis

Klafikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bentuk badan pipih kesamping memanjang;
2. Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah;
3. Garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah;
4. Pada sirip pungung terdapat garis-garis miring; dan
5. Mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih.

Nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tawar
yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak.
Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta
caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan
Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal. Pada perairan umum anakan
nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan Nila dewasa di tempat
yang lebih dalam. Nila dewasa mampu mengumpulkan makanan berbentuk plankton
dengan bantuan lender (mucus) dalam mulut.
Nila terlihat memulai memijah sejak umur 4 bulan atau panjang badan berkisar
9.5 cm. pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu dengan interval
waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk betina matang kelamin dapat
menghasilkan telur antara 250-1.100 butir. Nila tergolong sebagai Mouth Breeder atau
pengeram dalam mulut. Telur-telur yang telah dubuahi akan menetas dalam jangka 35
hari di dalam mulut induk betina. Nila jantan mempunyai naluri membuat sarang
berbentuk lubang di dasar perairan yang lunak sebelum mengajak pasangannya untuk
memijah. Nila betina mengerami telur di dalam mulutnya dan senantiasa mengasuh
anaknya yang masih lemah. Selama 10-13 hari, larva di asup oleh induk betina. Jika
induk melihat ada ancaman, maka anakan akan dihisap masuk oleh mulut betina, dan
dikeluarkan lagi bila situasi telah aman. Begitu berulang hingga benih berumur kurang
dlebih 2 minggu.

Pembenihan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara
teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang
dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 derajat Celcius; pH
air 6.5-8-5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kedar ammoniak (NH3)< 0.01 mg/I; kecerahan
kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agaktenang dan
kedalaman yang cukup.
Pembenihan ikan Nila dilakukan dukolam (outdoor hatchery) kontruksi kolam
terbuat dari bahan beton/semen atau tanah. Bentuk kolam empat persegi panjang
sebanyak 4 unit.asitas untuk masing-masing wadah/bak sebesar 500 m2.produksi
benih terdiri dari:
a) Induk
Bobot induk betina sebesar 0.4 kg, sedangkan jantan sebesar 0.4 kg.
perbandingan induk jantan dan betina dikawinkan adalah 1 : 2. Padat penebaran
induk, untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, setidaknya disediakan lahan
minimal 4 m2. Perawatan induk dilakukan dengan memberikan makanan
tambahan seperti pellet, dedak, dan ampas tahu. Penambahan pakan alami
dikolam dapat dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di bagian
kolam tertentu, dengan terlebih dahulu melubaginya. Cara ini dimaksudkan agar
pembusukan yang berlangsung di dalam karung teidak mengganggu kaulitas air
kolam. Selanh beberapa hari biasanya disekitar karung akan tumbuh plankton.
b) Pakan
Pakan induk Nila adalah pakan buatan dapat berupa pellet dengan kadar protein
28-35% dengan kendungan lemeak tidak lebih dan 3%. Pada pemeliharaan
induk, pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di
dalam pakannya sehinga perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal
dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diris-iris.
Banyaknya pelat sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa par hari. Agar
diketahui berat bio massa, maka diambil sempel 10 ekor ikan, ditimbang, dan
dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah
seluruh ikan di kolam. Sebagai contoh, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah
ikan 90 ekor maka barat biomassa 220 x 90 = 19.800 garam. Jumlah ransum per
han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Rensum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan
pakan yang banyak mengandung lemak separti bungkil kacang dan bungkil
kelapa tidak baik untuk induk ikan, terlebih jika barang tersebut sudah barbau
tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan
seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
c) Peralatan
1. Peralatan pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva: pengukuran
kualitas air: thermometer. Peralatan lapangan: ember, baskom, gayung,
selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi dan
instalasinya.
2. Peralatan pendederan: peralatan lapangan: thermometer, ember, baskom,
saringan, serok, lambit, waring, cangkul, hapa penampung benih, timbangan
dll.
Persiapan produksi larva dilakukan dengan mengeringkan dasar kolam selama
kurang lebih 3 hari. Lubang-lubang pada pematang kolam ditimbun dengan tanah.
Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki dan pH tanah dan mematikan bibit penyakit
maupun hama ikan. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan makanan alami ikan
bagi benih yang baru menetas. Selanjutnya, kolam diairi hingga air mencapai ketinggian
50-70 cm.
Proses produksi larva dilakukan dengan pemeliharaan induk. Proses pemijahan
alami pada suhu air berkisar 25-30 derajat celcius , keaseman (pH) 6.5-7.5, dan
ketinggian air 0.6-1m. pemasukan induk ikan ke dalam kolam dilakukan pada padi dan
sore hari karena suhu tidak tinggi, dan untuk menjaga agar induk tidak stress, induk
dimasukkan satu persatu.
Induk jantan akan mulai menggali sarang induk jantan segera memburu induk
betina pelepas telur oleh induk betina, yang dengan cepat dibuahi oleh induk jantan
dengan cara menyemprotkan spermanya. Selesai pemijahan, induk betina menghisap
telur-telur yang telah dibuahi untuk dierami di dalam mulutnya. Induk jantan akan
meninggalkan induk betina, membuat sarang dan kawin lagi.
Anakan yang telah keluar dari mulut induk segera dipanen dan dipisahkan tersendiri
pada bak pemeliharaan larva. Panen benih sudak boleh dilakukan dengan
menggunakan serokan/waring dan ditampung dalam ember/baskom untuk dipindahkan
ke kolam pendederan. Penangkapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari di saat benih
biasanya berkumpul di permukaan air. Bila matahari makin tinggi dan suhu air
meningkat biasanya benih akan berada di bagian dasar kolam mencari tempat yang
sejuk. Penangkapan biasanya beberapa kali dan membutuhkan waktu 2 jam. Masamasa
kritis berkisar 10 hari, karena benih sangat rentan mengalami kematian, sehingga
pemeliharaan harus dilakukan secara hati-hati.
Kualitas air media pemeliharaan anakan diatur pada suhu 25 – 30 0C, keasaman
(pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 0,6 – 1 m dalam kolam pemeliharaan dengan
kapasitas luasan berkisar 500 m2. Padat tebar larva berkisar 150 ekor per m2 dengan
waktu pemeliharaan 10 hari. Ukuran panen 1 – 3 cm dengan bobot 1 gram.
Pemeliharaan benih dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5
ketinggian air media 20 – 30 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2.
Ukuran benih tebar 1 – 3 cm, bobot 1 gram dengan padat tebar larva 50 – 75 ekor per
m2. Waktu pemeliharaan 20 hari dengan ukuran panen 3 – 5 cm dan bobot 2,5 gram.
Pendederan dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5
ketinggian air media 20 – 50 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2.
Ukuran benih tebar 3 – 5 cm dengan bobot 2,5 gram. Padat tebar larva 50 ekor per m2.
Waktu pemeliharaan 30 hari, dengan ukuran panen 5 – 8 cm dan bobot 5 gr.
Kedalaman perairan kolam untuk pendederan nila di kolam tanah adalah 50 – 70 cm.
Pakan benih berupa pakan buatan dengan kadar protein berkisar 30% .
Persiapan kolam pendederan dilakukan dengan jalan mengeringkan kolam,
pengapuran dan pemupukan dengan pupuk kandang ataupun pupuk buatan. Pupuk
kandang diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis 1 kg/m2. Nila sangat menyukai
pakan alami berupa plankton, sehingga tujuan pemupukan susulan agar plankton dapat
bertahan hidup dengan baik. Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur fosfor
dan nitrogen maka dianjurkan untuk menggunakan pupuk DSP (Double
Superphosphat) atau TSP (Triple Superphospat) dan urea. Untuk kolam seluas 200 m2
dosis pupuk yang diperlukan 2 kg DSP atau TSP dan 2 kg urea. Pupuk diberikan
setelah kolam terisi air.
Pupuk buatan dimasukkan ke dalam kantong-kantong kecil yang diberi lubang
kecil, kemudian diikatkan pada sebatang bilah bambu dan ditancapkan pada dasar
kolam. Dengan demikian, pupuk tersebut akan menggantung, terendam air dan akan
larut sedikit demi sedikit. Cara pemupukan seperti ini dilakukan untuk menghindari
terikatnya unsur-unsur kimia dari pupuk terutama fosfat oleh kompleks humus dalam
lumpur.
Pembesaran Pada kolam Tanah
Usaha pembesaran Nila dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak
tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air tersedia sepanjang
tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia
beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring
pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 – 40 cm/detik. Persyaratan kualitas air
untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6,5 – 8,6, suhu air berkisar antara 25
– 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 – 28 ppt, dan Ammoniak
(NH3) kurang dari 0,02 ppm.
Persyaratan lokasi pemeliharaan pada kolam atau tambak sebagai berikut :
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lembung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam;
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 – 5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi;
3. Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya
plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak
mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik
antara 20 – 30 cm;
4. Debit air untuk kolam air tenang 8 – 15 liter/detik;
Setidaknya, dua minggu sebelum dipergunakan kolam harus dipersiapkan dengan
baik. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan,
dicangkul dan diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai terjadi
kebocoran, saluran air diperbaiki agar pasokan air menjadi lancar. Saringan
dipasang pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur
untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hama. Untuk itu, dapat digunakan
kapur tohor sebanyak 100 – 300 kg/ha atau kapur pertanian dengan dosis 500 –
1.000 kg/ha. Setelah itu, pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar
kolam, dengan dosis 1 – 2 ton/ha. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan
pintu air pemasukan, agar bila air dimasukkan, maka dapat tersebar secara merata.
Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 – 10 cm dan dibiarkan 2
– 3 hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu tambahkan air lagi sampai
kedalaman 75 – 100 cm. Kolam siap untuk ditebari bibit ikan hasil pendederan jika
fitoplankton telah terlihat tumbuh dengan baik.
Fitoplankton yang tumbuh dengan baik ditandai dengan perubahan warna air kolam
menjadi kuning kehijauan. Jika diperhatikan, pada dasar kolam juga mulai banyak
terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anakanak
siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, ketinggian air kolam diatur
sedalam 75 – 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu
pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi
menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam karung, dua buah di kiri
dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Dapat pula ditambahkan bebrapa
karung kecil yang diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing
sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang
kecil agar pupuk dapat larut sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut
digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam, posisi terendam
tetapi tidak sampai ke dasar kolam.
Pada sistem pemeliharaan intensif atau teknologi maju, pemeliharaan dapat
dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air
dapat dilakukan sesring mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air
yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih. Pada usaha intensif, benih
Nila yang dipelihara harus tunggal kelamin, dan jantan saja. Pakan yang diberikan
juga harus bermutu, dengan ransum hariannya 30% dan berat biomassa ikan per
hari. Makanan sebaiknya berrupa pelet yang berkadar protein berkisar 30%, dengan
kadar lemak 6 – 8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisnya sendiri
dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan kiranya dapat habis
dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan
mendapat gangguan, seperti serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara
panas, terlalu sering diberikan pakan.
3.2.2 Pembesaran Pada Karamba Jaring Apung (KJA)
Wadah untuk pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA) umumnya berukuran
4x4x3 m3. Spesifikasi KJA sebagai berikut :
1. Pelampung: bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, jumlah pelampung minimal
8 buah/jaring;
2. Tali jangkar: bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5
utas/jaring, diameter 0.75 inci;
3. Jangkar: bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah,
jumlah 5 buah/jaring;
4. Jaring: bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau,
ukuran jaring (7x7x2,5 m3).
5. Luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10% dari luas potensi perairan
atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal
10% dari luas areal peruntukan pemasangan jaring.
Sebagai upaya sterilisasi, sebelum ditebar, benih direndam dalam larutan Kalium
Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Adaptasi suhu
dilakukan agar suhu dilakukan agar suhu pada kemasan ikan sama suhu di KJA
dengan cara merendam wadah kemasan benih ke KJA selama 1 (satu) jam. Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak mengalami stres atau
kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm,
berat 30 – 50 gram dengan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan digunakan untuk
pembesaran ikan nila adalah lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air
(termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring,
ember, alat panen, dll), dan sampan.
Lama pemeliharaan adalah 4 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup/Survival
Rate 9SR0 80%. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari
bobot total ikan. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore
dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Panen dapat dilakukan berdasarkan
permintaan pasar, namun umumnya ukuran panen pada kisaran 500 gram/ekor.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian
ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan
segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup dan segar antara lain: (1) pengangkutan menggunakan air yang bersuhu
rendah sekitar 20 0C; (2) waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari:
(3) jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat. 
sumber materi : www.dkp.sulteg.go.id

gimana cara ternak ikan nila atau budidaya ikan nila mudah dipahami kan, somoga artikel diatas bisa bermanfaat untuk anda , untuk postingan kali ini dicukupkan sekian. wassalam